Coin dan Token Crypto merupakan dua hal yang berbeda. Namun, masih ada beberapa dari kita yang mungkin keliru dan menganggap kedua hal tersebut sama.
Perbedaan coin dan token crypto dapat dilihat dari sejumlah hal yang fundamental.
Bagi kamu yang ingin berinvestasi aset kripto tentunya perlu mengetahui perbedaan coin dan token crypto.
Pengetahuan dasar mengenai hal ini akan membantu memutuskan berinvestasi pada aset kripto apa.
Mari kita ulas mengenai perbedaan keduanya!
Baca juga: $VCG Token Kripto VCGamers Resmi Meluncur, Simak Info Lengkapnya! Perlahan Tapi Pasti, Ini Roadmap $VCG Token $VCG Token Listing di Indodax Mulai 10 Maret 2022
Perbedaan Coin dan Token Crypto
Coin dan Token Crypto sangat berbeda. Keduanya memiliki perbedaan mendasar yang perlu diketahui. Sehingga, jangan sampai keliru ketika kamu hendak memutuskan untuk melakukan investasi aset kripto.
Untuk diketahui bahwa coin terbentuk dari proses minning serta staking dengan mekanisme Proof of Work dan Proof of Stake. Aset kripto tersebut beroperasi di blockchain mereka masing-masing.
Chairman & Co-Founder VCGamers, Wafa Taftazani sebelumnya menjelaskan bahwa blockchain dapat digambarkan sebagai buku besar. Di mana, setiap transaksi dan informasi yang terjadi tercatat dan terekam.
Dia juga menyampaikan bahwa transaksi yang ada di dalam blockchain tidak dapat dipalsukan karena tercatat dengan baik.
“Ini tidak bisa dipalsukan atau ditipu karena setiap perubahan di dalam blockchain semua partisipan di dalam harus men-verify itu,” kata Wafa beberapa waktu lalu.
Saat ini ada beberapa coin yang telah beredar di pasar crypto. Di antaranya yaitu, Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Binance (BNB) dan Cardano (ADA).
Kamu dapat menemukan coin tersebut di berbagai Decentralized Exchange (DEX) dan Centralized Exchange (CEX) saat hendak berinvestasi.
Sementara itu, token crypto merupakan aset kripto yang tidak mempunyai blockchain-nya sendiri. Token crypto beroperasi pada blockchain dari pihak lain dalam hal ini coin crypto.
Salah satu token crypto yang ada di Indonesia adalah $VCG Token yang beroperasi pada Binance Smart Chain (BEP-20) dan Ethereum (ERC-20).
VCG Token adalah token kripto dari VCGamers yang merupakan pelopor ekosistem web-3 untuk para gamers di Indonesia.
VCG Token kini menjadi alat tukar di RansVerse, metaverse pertama di Indonesia yang dibangun atas kolaborasi antara RANS Entertainment, VCGamers, Shinta VR dan UpBanx.
VCGamers juga telah meluncurkan sejumlah fitur bagi holdersnya. Di antaranya yaitu VCG Staking, VCG Swap dan VCG Bridge.
Dalam waktu dekat, VCGamers juga akan merilis NFT Marketplace dan NFT Launchpad.
Publik dapat memiliki $VCG Token dengan membeli di sejumlah CEX an DEX. Di antaranya yaitu VCG Swap (BEP 20), Pancakeswap (BEP 20), Uniswap (ERC 20) dan Indodax (BEP 20).
Baca juga: Cara Membeli $VCG Token di Indodax Cara Membeli $VCG Token di Uniswap Coba Sekarang! Ini Cara Membeli $VCG Token di Pancakeswap
Pengaruh Harga
Harga dari beberapa aset crypto menurun cukup drastis selama beberapa waktu ke belakang. Hal ini tentunya menjadi perhatian publik yang berinvestasi aset kripto.
Penurunan harga dari coin crypto juga memberikan efek domino pada harga token crypto yang beroperasi pada jaringan blockchainnya. Seperti misalnya $VCG Token yang mengalami penurunan harga.
VCG Token yang sempat menyentuh harga sekitar Rp 2.400 kini mengalami penurunan drastis. Di mana, per hari ini, Rabu 15 Juni 2022, harga token tersebut mencapai sekitar Rp 480.
Penurunan harga tersebut tidak terlepas dari kondisi market yang turut menyebabkan penurunan harga BNB selama beberapa waktu ke belakang. Karena VCG Token mengikuti harga aset utama dari blockchain yang beroperasi contohnya VCG/BNB. Sehingga, pada saat harga BNB atau ETH turun harga VCG juga pasti akan terseret turun.
Dilansir dari kanal YouTube Duta Crypto, ada tiga alasan yang menyebabkan market kripto dump.
Pada video yang diunggah 12 Juni 2022 itu disebutkan bahwa penyebabnya yaitu isu tentang resesi global. Di mana, Bank Dunia sempat menyatakan bahwa resesi ekonomi sudah ada di depan mata.
Resesi ekonomi itu disebabkan karena inflasi yang melonjak tajam di berbagai negara atau yang disebut stagflasi. Disebutkan bahwa banyak negara akan mengalami stagflasi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi sangat lambat.
Selanjutnya, yaitu karena isu kenaikan suku bunga Bank Amerika Serikat. Pada Maret 2022 ini disebutkan sempat terjadi kenaikan suku bunga bank hingga 25 bps (basis poin).
Kemudian, muncul isu bahwa suku bunga akan kembali naik menjadi 75 bps untuk menekan inflasi di Amerika. Selain itu, penyebab terakhir yaitu karena Depeg stETH. Di Coin Market Cap dapat terlihat bahwa ETH berada pada posisi kedua dalam hal dominasi terbesar setelah Bitcoin.
Dengan adanya hal tersebut, maka apa yang terjadi pada ETH akan berpengaruh pada kondisi market secara keseluruhan. Sementara itu, saat ini diketahui bahwa salah satu aset kripto turunan ETH yang bernama stETH mengalami Depag sekitar 5%.
Depag ini mengakibatkan staked ETH mengalami penurunan signifikan karena terjadi panic sale.